Mendobrak pola pikir pegawai adalah salah satu hal tersulit saat memulai sebuah bisnis sendiri. Banyak orang yang mencoba melakukannya tetapi gagal. Namun, Tom Burtzlaff yang seorang mantan eksekutif berpengalaman yang telah bekerja di beberapa perusahaan kosmetik ternama dalam berbagai posisi dari manufaktur hingga manajemen umum akhirnya terjun dalam entrepreneurship di akhir 2009 saat pemilik usaha di mana ia bekerja menutup kantor yang ia tempati.
Kini setelah menjadi entrepreneur, ia bangga dengan bisnisnya sendiri. Burtzlaff sekarang menjabat sebagai Presiden CMIT Solutions di Columbia, sebuah penyedia layanan dan solusi teknologi informasi berskala nasional. Ada lebih dari 125 kantor waralaba milik Tom yang tersebar di AS dan ia kini baru saja membuka satu lagi kantor di Maryland. Tom berbagi tentang perjalanannya dari menjadi seorang karyawan selama 30 tahun hingga akhirnya menjelma sebagai seorang entrepreneur .
Tom mengatakan, “Sebelum perpindahan saya, saya bekerja sebagai seorang eksekutif pemasaran dalam industri kosmetik selama 3 dekade. Saya telah bekerja di Avon, Maybelline, L’Oreal, dan sebagai manajer umum dalam perusahaan sampling kosmetik.”
Tom bisa dikatakan terpaksa menjadi seorang entrepreneur setelah perusahaannya menutup kantor tempatnya bekerja dan ia memutuskan untuk tidak pindah ke lokasi kantor yang baru. Perpisahan Tom dengan para rekan kerjanya cukup sulit mengingat lamanya waktu mereka bekerja bersama dalam satu kantor.
Di tengah masa sulit itu, Tom berpikir lebih mendalam tentang hidupnya, “Proses tadi membuat saya berpikir tentang prioritas hidup saya selama ini dan saya memutuskan bahwa mengambil alih masa depan saya sendiri dan memberikan layanan yang berkualitas bagi usaha kecil lainnya akan menjadi arah karir baru saya.”
Tom teringat dengan sebuah kelas entrepreneurship yang pernah ia ikuti. Ia kemudian merasa terpanggil untuk menjadi pemilik usaha. Ia menguji model bisnisnya secara perlahan dan bekerja dengan seorang perantara waralaba untuk membantunya menemukan model bisnis yang menarik baginya dan akan berhasil saat diluncurkan ke pasar.
“Saya harus menjalani proses pematangan ide ini hingga 2 bulan dengan dua pewaralaba yang berbeda. Kemudian saya melakukan validasi dengan banyak pemilik waralaba untuk memahami pengalaman mereka dan bagaimana setiap model waralaba bekerja untuk mereka,” paparnya. Beberapa saat setelah itu, Tom melakukan perjalanan ke kantor pusat waralaba tersebut untuk menemui sebuah tim yang akan mendukungnya mewujudkan usaha idamannya.
“Saya berpikir waralaba tetap melibatkan saya dalam kegiatan bisnis tanpa harus mengerjakan semua sendirian karena saya masih harus memberikan pelatihan, bahan pemasaran, nasihat atau saran memulai bisnis ,” tutur Tom.
Tom memiliki sejumlah saran untuk para calon entrepreneur yang masih bekerja untuk orang lain atau karyawan yang ingin menjadi entrepreneur. Berikut poin-poinnya:
- Jika Anda sedang dalam masa ‘menganggur’, gunakan jeda tersebut untuk memikirkan dan mengevaluasi prioritas dalam hidup Anda.
- Mintalah nasihat dari setiap orang tentang kemungkinan memiliki usaha sendiri. Anda tidak akan pernah tahu seberapa banyak orang yang bersedia membantu Anda mewujudkan impian itu.
- Hadapilah ketakutan. Memiliki sebuah usaha sendiri berbeda jauh dari bekerja untuk perusahaan orang lain. Anda tidak akan mendapatkan gaji bulanan, tetapi Anda akan bisa mendapatkan semua laba yang Anda hasilkan dan Anda tidak bisa dipecat bagaimanapun juga. Selain itu, saat usaha Anda makin maju, pertambahannya akan menjadi milik Anda sepenuhnya.
- Yakinlah bahwa usaha baru Anda adalah sesuatu yang Anda akan bisa banggakan ke setiap orang dan Anda akan menikmati mengerjakan setiap hal di dalamnya. Intinya, buat orang lain merasa gembira dan tertolong dengan kehadiran usaha Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar