Belakangan ini, jumlah pengusaha muda makin banyak. Sayangnya
semangat menggebu anak muda acap kali tak dibarengi dengan perhitungan
matang. Banyak yang cepat merasa semangat saat awal, namun kemudian
cepat pula semangat mereka turunlah satu faktor yang sering membuat
"layu sebelum berkembang" adalah kondisi dan perencanaan keuangan yang
serampangan.
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai para pengusaha muda:
Berinvestasi melebihi yang dibutuhkan
Faktor emosi membuat kaum muda selalu ingin terlihat “wah” di bisnis
yang mereka bangun. Karyawan langsung banyak, sewa kantor di lokasi yang
mahal, furnitur dan perlengkapan kantor yang serba modern. Menurut
Alexa von Tobel, CEO dari LearnVest.com, sebuah perusahaan konsultan
keuangan, seharusnya mereka berfokus pada produk dan layanan.
Mengeluarkan biaya-biaya untuk sesuatu yang dianggap bisa diselesaikan sendiri
Sering kali anak muda terjebak dalam keadaan “sok tahu” dan
meremehkan hal-hal kecil namun penting, seperti laporan keuangan dan
pajak. Akibatnya, saat harus membayar pajak usaha, ada beberapa kondisi
yang membuat perusahaan terkena denda. Supaya masalah tersebut dapat
cepat selesai, mereka cenderung memakai jasa berbagai konsultan, yang
notabene berbiaya lebih tinggi jika dibandingkan merekrut karyawan
tetap.
Tidak menggaji diri sendiri
Karena sangat bersemangat, kadang tidak memedulikan apakah kita
digaji atau tidak. Namun, jika kebiasaan ini diteruskan, menurut Diana
Ransom, seorang pemerhati usaha kecil bisa memicu kekacauan pada
penempatan uang. Yakni, kadang karena merasa sangat butuh uang, tanpa
disadari, pemilik usaha mengambil uang perusahaan karena selama ini
merasa tidak digaji.
Tidak merencanakan kemungkinan kondisi paling buruk
Saking semangatnya, sering kali kaum muda tidak memperhitungkan
kemungkinan terburuk usahanya. Mereka merasa terlalu optimis sehingga
cenderung tak mempersiapkan diri saat situasi memburuk.
Mencampurkan aset pribadi dan perusahaan
Anak muda biasanya malas untuk memisahkan aset pribadi dan
perusahaan. Akibatnya, saat terjadi masalah aset pribadi pun bisa ikut
hilang, misalnya, untuk membayar utang. Karena itu, sangat disarankan
untuk memisahkan aset-aset tersebut.
Menggunakan kartu kredit pribadi untuk kepentingan bisnis
Urusan bisnis adalah urusan bisnis, jangan campuradukkan dengan
urusan pribadi. Maka, jika ingin membeli barang atau aset untuk
perusahaan, gunakan uang perusahaan.
Memanfaatkan uang perusahaan melebihi kapasitas
Ada kalanya, saat usaha berjalan seperti harapan nafsu beli ini dan
itu menggelora. Yang seharusnya cukup punya komputer standar untuk
mengetik dan mencetak dokumen, langsung membeli komputer paling canggih
tanpa bisa memaksimalkan kegunaannya. Jika hal ini diteruskan, akan ada
ketimpangan dalam usaha yang bisa merusak potensi keuntungan membesarkan
usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar