Rabu, 24 Februari 2016

CIPUTRA: Koperasi, Ayo Terapkan Entrepreneurship


Pagi ini saya menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atas undangan Menteri Koperasi dan UKM kita, Syarifudin Hasan. Seperti yang Anda semua sudah ketahui bersama, Menkop UKM adalah salah satu penerima Ciputra Award yang baru saja kami adakan beberapa waktu yang lalu. Syarifudin Hasan kami nilai sebagai birokrat yang menunjukkan komitmen paling kuat dalam mewujudkan gerakan entrepreneurship nasional yang dicanangkan 2 Februari 2011 lalu. Rapat yang saya hadiri kali ini dihadiri oleh kalangan pelaku koperasi di berbagai kota di nusantara dan bertujuan untuk membentuk lebih banyak lagi usaha koperasi, kecil dan menengah yang kreatif dan inovatif.

Saya yakin dengan sebenar-benarnya bahwa entrepreneurship bisa diintegrasikan dalam setiap nafas kehidupan bangsa ini. Dan untuk itulah, saya juga yakin para pegiat koperasi kita yang hadir saat itu bisa menjadi salah satu ujung tombak dalam menyebarkan semangat entrepreneurship.

Saya merasa sangat perlu untuk menjelaskan pada kalangan koperasi dan UKM ini bahwa tidak semua usaha kecil itu pasti termasuk entrepreneurship. Ini perlu saya tekankan karena banyak orang mengira pengusaha kecil/ mikro itu pasti entrepreneur. Padahal tidak! Jika usaha kecil itu tidak menerapkan asas inovasi dalam setiap langkahnya, menurut Peter Drucker, usaha itu tidak bisa disebut sebagai bisnis yang entrepreneurial.

Dari konferensi internasional yang saya hadiri kemarin, saya sadar bahwa badan-badan internasional seperti World Bank dan UNESCO pun sudah menaruh minat dalam upaya penumbuhan entrepreneur-entrepreneur baru di tanah air kita. Jadi kalau orang-orang asing menyadari potensi kita, mengapa kita tidak?

Saya terus merenungkan setelah kami mengadakan berbagai pelatihan di berbagai tempat di Indonesia, kami berpikir bagaimana kelanjutannya. Saya pikir para peserta sudah memahami dasar-dasar entrepreneurship dengan baik dan kini sudah saatnya mereka menuju fase encounter. Mereka harus mengalami secara langsung dan ini bisa difasilitasi dengan baik jika mereka dibimbing dalam sebuah inkubator bisnis.

Di samping itu, saya sampaikan bahwa koperasi-koperasi kita juga jangan menyepelekan entrepreneurship. Sering kita jumpai koperasi-koperasi yang merana, mati segan hidup tak mau. Hanya berkutat dengan simpan pinjam uang dan kegiatan yang itu-itu saja. Saya himbau agar pelaku koperasi kita tidak terus mengulang pola kerja yang sama dan sudah usang. Ciptakan inovasi baru agar koperasi tidak lagi dipandang sebelah mata.

Tak lupa pula saya minta para penggerak koperasi ini mau menularkan entrepreneurship kepada orang-orang di sekitar mereka. Pertanyaan yang muncul : bagaimana bisa mengajar entrepreneurship jika diri sendiri saja belum berpengalaman dalam bisnis? Nah, untuk itulah saya sarankan untuk merangkul kalangan entrepreneur yang sudah terbukti berhasil, libatkan mereka ini dalam pelatihan dan pengajaran generasi muda. Jadi anak-anak kita tidak melulu diajar teori oleh akademisi, tetapi juga bisa diajar dan menyerap penerapan dan pengalaman nyata dari para entrepreneur!

Terkait dengan goodwill pemerintah terhadap entrepreneurship, saya juga menghimbau agar 2 persen dari APBN kita disalurkan untuk berbagai upaya peningkatan kuantitas dan kualitas entrepreneur di negara ini agar secepatnya kita bisa kejar ketertinggalan dari negara-negara lain. 

Selengkapnya: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar