Rabu, 24 Februari 2016

Kisah Arman Assadi: Keluar Google, Jadi Solopreneur



Pada bulan Juli 2012, Arman Assadi membuat sebuah keputusan fenomenal. Ia meninggalkan perusahaan raksasa Google untuk mendirikan bisnis sendiri , dan tidak pernah tergoda untuk kembali ke zona nyaman tersebut.

Bagaimana bisa? Apalagi seperti kita banyak ketahui, Google adalah tempat bekerja idaman banyak orang. Gaji yang tinggi, makanan terjamin sepanjang waktu, dan berbagai hal lainnya yang menunjukkan jaminan kesejahteraan yang menggiurkan banyak orang di luar sana. Orang-orang bertanya mengapa Arman mengambil langkah yang demikian ceroboh untuk masa depannya.

“Seperti banyak orang, saya selalu merasa terpancing untuk menjadi entrepreneur selama hampir 10 tahun sampai sekarang dan juga selalu tergerak melakukan lompatan besar untuk menjadi solopreneur dan mendesain gaya hidup saya sendiri,”tulisnya dalam sebuah artikel blog di laman under30ceo.com.

Dalam waktu 3 bulan sejak meninggalkan Google, ia mengaku menimba banyak pengalaman  daripada saat 3 tahun bekerja di perusahaan tersebut. Semua kecemasan, ketakutan, pertanyaan dan keraguannya selama ini tentang sukarnya memulai karir sebagai entrepreneur terhapus sudah.

Aspek paling menantang dalam transisi pegawai menjadi entrepreneur ialah keputusan itu sendiri. Seperti banyak orang, ia memulai dengan menyusun angan-angan menjadi entrepreneur melalui banyak bahan bacaan.

Satu hal yang ia akhirnya pelajari setelah memberanikan diri menjadi entrepreneur ialah ternyata ia sudah memiliki semua hal yang ia butuhkan untuk menjadi entrepreneur dan menjadi sukses. Dengan seiring berlalunya waktu, keputusan yang ditunda makin sukar untuk dilaksanakan. Menunda hanya memperbesar kendala, katanya.

Hal terbaik yang kita bisa lakukan ialah dengan memulai sekarang. Jika situasi kurang memungkinkan, Arman mengatakan, kita tak usah segan memulainya sebagai bisnis sampingan dan kemudian setelah kokoh, kita bisa menjadi entrepreneur penuh waktu.

Model bisnis Arman dibangun di atas gagasan bisnis mikro yang berbeda-beda. Ia bekerja sedemikian rupa untuk mengalihkan perhatian dan sumber daya dari satu bidang ke bidang lainnya saat diperlukan. Kunci utamanya ialah komitmen terhadap ide bisnis yang akan dibangun. “Inilah yang menurut saya disebut sebagai solopreneurship, berbisnis sendiri dan menghasilkan laba dari berbagai sumber tanpa adanya investor dan pegawai penuh waktu yang bertugas membantu,” terangnya.

Definisi tradisional entrepreneurship kurang dapat diaplikasikan di sini. Temukan persilangan antara passion dan bidang yang Anda sukai dan kuasai. Kemudian dapatkan cara untuk menbangun bisnis berdasarkan ceruk yang sudah Anda tentukan tersebut. Putuskan dan kemudian berikan komitmen penuh!

Selengkapnya: http://www.eciputra.com/berita-2074-kisah-arman-assadi-keluar-google-jadi-solopreneur-.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar