Kamis, 07 Agustus 2014

Menjadi Entrepreneur yang Bertanggung Jawab

Monday, 4 August 2014  3 hari yang lalu   (hits 212)


Berbeda dari karyawan, para entrepreneur menikmati kebebasan yang lebih tinggi. Akan tetapi jangan terlena dulu dengan hal itu. Entrepreneur juga harus bersiap untuk memikul beban yang lebih berat saat mereka memutuskan mendirikan dan menjalankan bisnisnya. Tidak ada kata tapi atau setengah-setengah. Ia harus menyatakan kesanggupannya untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam perusahannya secara menyeluruh dan total.
Entrepreneur sejatinya juga harus berperan sebagai pemimpin dalam bisnis yang ia dirikan sehingga tentu ia harus ikut bertanggung jawab penuh di dalamnya. Entrepreneur memiliki peluang bisnis yang luar biasa dalam menciptakan sesuatu dari nol, dalam cara yang tidak mungkin ditempuh oleh orang lain. 
Akan tetapi itu artinya membuat keputusan yang besar mengenai apa yang harus dilakukan, kapan harus dilaksanakan dan bagaimana akan direalisasikan. Anda tidak bisa menunggu hingga sesuatu hal terjadi atau menunggu agar seseorang melakukannya untuk Anda, Anda harus melakukannya sendiri dan menggerakkan orang lain agar hal itu terjadi. Para entrepreneur yang sukses bisa memahami bahwa peluang-peluang bisa jadi hanya lewat sekilas dan karena itulah, mereka harus memiliki kepekaan tersendiri untuk membantu mencapai tujuan bisnis dengan lebih efektif.

Mengenal Sosok Sunu Widyatmoko, Bos Air Asia Indonesia

Monday, 4 August 2014  3 hari yang lalu   (hits 206)


Sunu Widyatmoko resmi diangkat menjadi Presiden Direktur AirAsia Indonesia mulai 1 Juli 2014 menggantikan Dharmadi yang berganti posisi menjadi Anggota Dewan Komisaris AirAsia Indonesia. Penunjukkan tersebut sudah berdasarkan keputusan para pemegang saham.
"Hari ini peresmian alih tugas. Saya harus men-estafet-kan tongkat kepada beliau. Saya dipercaya jadi anggota dewan komisaris. Selama 7 tahun, AirAsia sudah memiliki 30 pesawat dan baru, infrastruktur sudah siap, mitra bisnis aktif untuk meningkatkan customer,"kata Dharmadi di acara serah terima jabatan Presiden Direktur AirAsia Indonesia di Jakarta.
Dharmadi sudah menjabat sebagai Presiden Direktur AirAsia Indonesia selama 7 tahun. Kini Dharmadi berharap, perusahaan bisa segera melantai di bursa saham Indonesia melalui Initial Public Offering (IPO).
"Mudah-mudahan AirAsia bisa segera di-IPO-kan. Mudah-mudahan AirAsia terbang lebih tinggi. Meskipun airlines semua mengalami masa-masa yang sulit dengan adanya dolar bertengger di Rp 12.000, ini harus kuat, lebih bersemangat dalam meningkatkan airlines di Indonesia," ucapnya.
Sunu yang menggantikan Dharmadi sebelumnya sudah bergabung bersama AirAsia Indonesia sejak Juli 2013, menjabat sebagai Direktur Keuangan.
Sunu memulai kariernya sebagai Case Manager di Satuan Tugas Prakarsa Jakarta (The Jakarta Initiative Task Force), sebuah lembaga pemerintah yang bertugas sebagai mediator restrukturisasi utang-piutang di Indonesia.
Pada tahun 2000, Sunu bergabung ke Ernst & Young Advisory Services dengan posisi Assistant Manager dan kemudian Manager untuk Divisi Corporate Finance.
Kemudian pada 2004, Sunu bergabung ke PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menjabat sebagai Senior Manager untuk Divisi Corporate Finance yang bertugas menyusun refinancing utang perusahaan. Setelah selama kurang lebih 3 tahun, Sunu dipercaya untuk menjabat posisi Corporate Secretary yang bertugas menangani aktivitas hubungan investor, pemegang saham, dan corporate legal affairs.
Di tahun 2007, Sunu bergabung bersama salah satu sekuritas milik negara PT Bahana Sekuritas, menjabat beberapa posisi strategis seperti Vice Presiden Investment Banking selama periode 2007-2009 dan Director of Investment Banking selama periode 2009-2013.
Selama di Bahana Sekuritas, Sunu menangani proses merger dan akuisisi, project financing, dan juga restrukturisasi perusahaan subsidiary dan perusahaan patungan (joint venture).
Sunu dipercaya untuk menangani proyek-proyek penawaran saham publik perdana atau Initial Public Offering (IPO) sejumlah perusahaan BUMN seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

4 Cara Hadapi Orang Berkarakter Buruk

Monday, 4 August 2014  3 hari yang lalu   (hits 338)


Sebagai pebisnis, seringkali Anda harus menghadapi orang-orang berkarakter buruk, misalnya pengeluh, pengkritik, pemarah, orang yang suka menyalahkan orang lain, atau mereka yang suka menindas. Jangan cemas karena Anda bisa melatih diri untuk menghadapi orang-orang ini dan tetap dapat bekerja dengan baik.
Menurut psikiater Mark Goulston, ada beberapa cara yang bisa diterapkan dalam menghadapi orang-orang menjengkelkan ini. 
  • Jangan harap mereka akan mudah dihadapi. Setelah Anda menemukan orang yang seperti itu, sesuaikan ekspektasi Anda sehingga Anda tidak tersakiti oleh tindakan dan ucapan mereka, dan ciptakan jarak emosional.
  • Kuatkan diri sendiri.  Saat jenis orang dengan karakter negatif seperti ini tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka akan mendesak Anda hingga Anda gusar dan terpancing sehingga pikiran Anda tak lagi jernih. Yakinkan pada diri sendiri bahwa ini adalah masalah mereka, bukan Anda. Sebagian besar orang berkarakter buruk memprovokasi karena sering menyembunyikan sesuatu seperti ketidakmampuan, keengganan melakukan sesuatu dan dengan memancing orang lain untuk melakukan apa yang mereka inginkan, mereka akan menyesatkan kita dari tujuan kita semula.
  • Biarkan mereka berbicara. Menyela akan memperburuk situasi. Jagalah temperamen Anda sampai orang tersebut mundur dengan sendirinya. Jika saatnya memberikan tanggapan sudah ada, Anda bisa memberikan tanggapan yang efektif dan netral.
  • Singkirkan mereka. Sebagai entrepreneur, jangan biarkan orang-orang seperti ini menyerap energi positif Anda dan semua staf perusahaan Anda. Begitu Anda menemukan orang dengan karakter seperti ini, jangan tunda untuk menyingkirkannya sebelum dampaknya meluas. (ap)

Pentingnya Pelajari Perilaku Konsumen

Monday, 4 August 2014  3 hari yang lalu   (hits 195)


Apa yang harus disadari oleh entrepreneur saat ini ialah bahwa dunia terus berubah dengan cepat. Tentu saja itu sesuatu yang klise dan apa yang harus dilakukan setelah kita memahaminya? Itu artinya Anda harus bisa meramal perilaku konsumen bahkan sebelum mereka melakukannya.
Hal terpenting ialah tak peduli bidang atau segmen bisnisnya, tetapi Anda perlu selalu mempelajari perilaku konsumen yang terbaru. Jika Anda menemukan ide untuk produk bisnis atau layanan atau bahkan jejaring sosial, bidiklah para konsumen yang menjadi sasaran Anda dan pahami perilaku mereka dalam membelanjakan uang saat ini dan kemudian apa saja yang menjadi pos pengeluaran utama mereka saat ini, dan kemudian apa yang Anda hendak tukarkan dengan pengeluaran tersebut kemudian. Itu karena pekerjaan utama entrepreneur ialah bukanlah bagaimana memulai sebuah bisnis baru tetapi bagaimana mempelajari untuk mengubah transaksi.
Jadi Anda bisa fokus kemudian pada siapa saja konsumen Anda dan apa yang mereka sering lakukan. Jangan cemas soal teknologi karena akhirnya nanti konsumen hanya peduli bagaimana memiliki produk Anda bukan bagian-bagian penyusun produk Anda.
(ap)

Morgan Stanley Masih Jadi Penguasa Pasar Layanan Keuangan Dunia

Monday, 4 August 2014  3 hari yang lalu   (hits 152)


Morgan Stanley (MS) dikenal banyak orang sebagai korporasi besar yang menguasai pasar layanan keuangan. Perusahaan multinasional Amerika Serikat ini bermarkas di Morgan Stanley Building, Midtown Manhattan, New York City.
Dengan skala bisnisnya yang tidak tertandingi, Morgan Stanley kini beroperasi di 42 negara di dunia dan memiliki lebih dari 1300 kantor dan 600 ribu orang pegawai yang tersebar di kota-kota tadi. Perusahaan melaporkan US$1,9 triliun dalam aset-aset klien di bawah manajemen di akhir tahun 2013.
Perusahaan yang didirikan oleh mitra-mitra J.P. Morgan & Co. Henry S. Morgan (cucu J.P. Morgan), Harold Stanley dan yang lainnya, masuk dalam dunia bisnis sejak 16 September 1935 sebagai tanggapan atas Glass-Steagall Act yang mewajibkan perusahaan perbankan memisahkan investasi dan komersial. 
Dalam tahun pertamanya, MS berjalan dengan merengkuh pangsa pasar 24% (1,1 miliar dollar AS) dalam penawaran saham perdana (IPO) dan penempatan aset swastanya. Bidang-bidang bisnis utamanya saat ini ialah Manajemen Kekayaan Global, Sekuritas Institutional, dan Manajemen Investasi.
Peran dan jatidiri Morgan Stanley dalam dunia pasca resesi masih belum signifikan meskipun pendapatan mereka yang menguat di kuartal kedua tahun lalu. MS berencana untuk membeli kembali sahamnya senilai US$500 juta.
Sejak krisis keuangan melanda dunia, keputusan MS untuk mengubah model bisnisnya dengan menurunkan bisnis manajemen kekayaan dan perdagangan telah memicu kinerja yang buruk dan memunculkan pertanyaan di antara penanam modal.
Setelah melakukan sejumlah kesalahan, MS mulai mengelola ekspektasi pemegang saham eksternal dengan lebih baik dan memberikan prioritas startegis yang utama.
Juni 2013 menjadi saksi  bagi MS atas prestasinya meraih persetujuan dari regulator di negeri Paman Sam untuk membeli saham sisanya di usaha patungan Morgan Stanley Smith Barney.
Keputusan MS untuk merekrut mantan pejabat keuangan dan Gedung Putih Michele Davis sebagai Kepala Bidang Korporat Global menunjukkan bagimana MS ingin menjelajahi regulasi baru, mengeloal komunikasi eksternal, dan akhirnya memperkuat persepsi brandnya. (ap)