Kuliner dari negara-negara Asia makin mendapat tempat di hati
masyarakat Indonesia. Salah satunya yang populer adalah sushi. Makanan
asal Jepang yang berupa nasi yang dibentuk dengan isian daging serta
makanan laut dan sayuran ini sudah begitu mudah ditemukan di mana-mana.
Tidak sedikit para pelaku usaha kuliner ini membuka peluang kemitraan
untuk mengembangkan usaha. Namun tidak semua berhasil menambah mitra
secara signifikan.
Untuk bertahan dan mendapatkan mitra baru, para pemilik usaha harus
melakukan inovasi produk. Untuk mengetahui lebih jelas tentang
perkembangan dan peruntungan usaha kuliner sushi, ada tiga waralaba
sushi yaitu, Sushi Similikiti, Zushioda Japanese Street, dan Dekuza
Sushi, dikutip dari Kontan.co.id:
Usaha kuliner yang dibesut Amanda Yuko pada Januari 2012 ini cukup
berkembang. Kontan sempat mengulasnya pada Mei 2013 lalu. Saat itu,
jumlah gerai yang eksis sudah mencapai tujuh gerai.
Setahun berselang, jumlah gerainya saat ini ada sekitar 10 gerai.
Artinya ada tiga gerai baru yang dibuka. Lokasi gerai mereka tersebar
dibeberapa kota seperti Jakarta, Bali, Malang dan lainnya.
Untuk menggaet konsumen, Sushi Similikiti lebih rajin untuk
mengeluarkan menu baru sejak awal tahun ini. Menu yang paling baru
adalah mel mayo yang baru dijual pada awal Juni ini. Sekarang jumlah
menu yang dijual di gerai ini ada 40 macam menu.
Selain itu, mereka juga membuat inovasi dengan membuat paket untuk
ulang tahun dengan harga sekitar Rp 150.000 tiap paket. Adapun untuk
harga menu sushi masih sama seperti tahun lalu mulai dari Rp 10.000
hingga Rp 25.000 per porsi. “Yang kita rubah adalah paket investasinya,”
jelas Amanda.
Sejak awal tahun 2014, Amanda mengerek nilai paket investasi dari
sebelumnya Rp 9,3 juta menjadi Rp 15 juta . Dan paket kedua dari Rp 10
juta menjadi Rp 19 juta. Alasannya karena harga bahan baku impor yang
naik. Dengan modal tersebut, mitra akan mendapatkan seluruh perlengkapan
memasak, promosi, pelatihan dan bahan baku awal.
Dalam sebulan, mitra bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 15 juta. Mitra
ditargetkan bisa mendapatkan modalnya kembali sekitar empat sampai lima
bulan. Hingga akhir tahun ini, Amanda menargetkan bisa mendapatkan
sekitar lima mitra baru.
Usaha sushi yang dirintis oleh Aditya Yodha pada tahun 2009 ini
berasal dari Jakarta. Bisnis ini berkonsep gerai sushi kaki lima. Usaha
ini biasa juga disebut Zushioda Yatai. Dalam bahasa Jepang, yatai bisa
diartikan sebagai angkringan atau kaki lima.
Sejak berdiri, Aditya langsung menawarkan peluang kerjasama. Saat
KONTAN mengulas tawaran kemitraan Zushioda pada Februari 2012, tercatat
baru ada dua gerai. Satu gerai milik mitra dan satu kepunyaan pusat.
Ketika diulas kembali pada Mei 2013, gerainya bertambah menjadi 12 unit
yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Bali
dan Samarinda.
Selang setahun, gerai Zushioda Yatai bertambah tiga gerai menjadi 15
gerai. Rinciannya, satu gerai pusat dan sisanya kepunyaan mitra. Yodha
mengatakan, sebenarnya ada pertambahan empat gerai. Namun, satu gerai di
Jogja tutup lantaran pemiliknya pindah ke luar negeri. “Jadi kita
tambah empat dan tutup satu,” ujar Yodha.
Dalam waktu dekat ini, kata Yudha, Zushioda Yatai akan membuka gerai
baru di Purwokerto. Ia mengatakan, perkembangan gerai sushinya tetap
berkembang lantaran ia selalu melakukan pemasaran dan promosi serta
melakukan inovasi produk.
Selain menambah variasi rasa sushi, Zushioda Yatai juga menawarkan
menu baru yakni ramen. Ke depan, Yudha mengatakan akan melakukan inovasi
produk dengan menambah menu baru seperti bento. “Kita akan memperbanyak
variasi menu,” ujarnya.
Dia mengaku akan terus melakukan inovasi agar Zushioda terus
berkembang. Jika awalnya konsep yang ditawarkan adalah angkringan, maka
ke depan konsepnya akan diubah lebih modern seperti restoran. Sebab
gerai-gerai yang ada saat ini rata-rata di dalam ruangan. “Tapi kita
akan tetap mengusung gerobak, tempatnya saja yang akan dibuat lebih
modern,” tutur Yudaha.
Harga paket kemitraan Zushioda masih sama seperti tahun lalu sebesar
Rp 75 juta. Dengan investasi tersebut, mitra akan mendapatkan booth,
bahan baku, pelatihan dan perlengkapan. Sementara untuk harga jual
mengalami peningkatan 20% dari kisaran harga 13.000?Rp 23.000 per porsi.
Artinya, harga jual saati ini berkisar Rp 15.600?Rp 27.600 per porsi.
Seiring dengan kenaikan itu, Yudha mengaku akan terus mempertahankan
kualitas rasa menu yang ditawarkan, terutama saus Sushi yang ia racik
sendiri. "Terutama rasa pedas yang disukai mayoritas orang Indonesia,"
kata dia.
Yudha optimistis usaha Zushioda akan terus berkembang. Kendati
demikian, ia tidak menargetkan pertambahan mitra. Baginya, lebih baik
memiliki sedikit mitra namun berjalan dengan baik daripada banyak gerai
tapi tidak terurus dengan baik.
Usaha ini berdiri di Malang pada 2011. Dikutip dari Kontan, bisnis
ini telah memiliki dua mitra. Alfian Dwikurniawan, pemilik Dekuza Sushi,
mengatakan, dia sudah mengubah konsep bisnisnya ini. “Dulu berkonsep
rombong, sekarang menjadi berkonsep kafé,” ujarnya.
Tahun lalu Dekuza Sushi menawarkan dua paket kemitraan dengan biaya
investasi Rp 7 juta dan Rp 10 juta. Paket Rp 7 juta berkonsep outdoor
dan paket Rp 10 juta berkonsep indoor. Meskipun berbeda konsep, namun
kedua paket kemitraan tersebut sama-sama menggunakan gerobak untuk
berjualan.
Alasan dia mengubah konsep berjualan karena selama ini menggunakan
rombong tampaknya penjualan terbatas. Maklum, saat itu menu yang
ditawarkan hanya sebatas sushi. Nah, lantaran hal tersebut dia tidak
lagi menawarkan kemitraan dengan sistem rombong lagi. Semua gerai yang
ada dia gabungkan seluruh outlet yang ada menjadi satu kafé bernama Café
Sumo.
Menurutnya, dengan konsep baru ini, pendapatan yang diraih menjadi
berlipat. “Pangsa pasar menjadi lebih luas, tidak seperti konsep yang
lama,” ujarnya.
Menu yang ditawarkan lebih beragam, seperti roti, kentang, dan
minuman aneka jus. Tambahan menu tersebut membuat penjualan juga semakin
meroket. Tanpa menyebutkan angka, Alfian bercerita pendapatan dari kafé
sangat jauh lebih tinggi dari konsep gerobak.
Dahulu, konsep gerobak Dekuza Sushi menjanjikan potensi pendapatan
dari Rp 3,75 juta hingga Rp 5,62 juta per bulan. Sedangkan perhitungan
laba bersih saat itu adalah 50% dari omzet.
Karena baru menjalankan bisnis dengan konsep baru, Alfian belum
berani menawarkan kemitraan. “Belum tahu kapan menawarkan kemitraan
dengan konsep baru, mungkin 2015 karena masih harus mempelajari dahulu
tentang bisnis baru ini,” ucapnya.
Namun, jika ada yang tertarik berbisnis sushi, dia menyediakan paket
pelatihan dan resep senilai Rp 5 juta. Nantinya, mitra bisa membeli
bahan-bahan dari pihak lain. “Jadi sistemnya masih jual putus,”
ujarnya.
Evi Puspitasari, pengamat waralaba dari International Franchise
Business Management menilai, makanan Jepang sudah lama dikenal
masyarakat Indonesia. Dengan begitu masyarakat sudah teredukasi dengan
baik dengan jenis-jenis makanan Jepang. Apalagi untuk sushi, yang
menjadi jenis yang paling terkenal di antara makanan Jepang lainnya.
Alhasil, Selengkapnya: http://www.eciputra.com/berita-6147-ini-3-bisnis-waralaba-sushi-yang-punya-prospek-cerah-di-indonesia-.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar