Banyak orang belum juga melakukan investasi. Padahal, mereka sudah
punya penghasilan tinggi, dan punya tanggungan masa depan, diantaranya
adalah kebutuhan untuk anak-anaknya kelak.
Biasanya, orang-orang seperti ini tidak berani mengambil risiko.
Perlu diingat, setiap investasi pasti mengandung risiko, apapun
instrumennya. Jangankan investasi, setiap tindakan yang kita lakukan pun
pasti ada risikonya. Namun bukan berarti kita tidak bisa terhindar dari
risiko.
Rheza Karyanto, Assistant Vice President Head of Investment,
Bancassurance, and Treasury Product Commonwealty Bank Indonesia
mengatakan, ada risiko yang bisa dihindari dan ada risiko yang harus
berani dihadapi.
Berikut tips dari Rheza agar Anda bisa menjadi calon investor yang siap menghadapi risiko:
1. Kenali profil Anda
Setiap orang punya level aman yang berbeda-beda dalam berinvestasi.
Dengan menganalisa dan mengenali profil risiko, maka seseorang bisa
mengatur batas risiko yang dapat diterima dan memilih produk investasi
yang membuatnya nyaman. Karena pada akhirnya, hal yang paling penting
bagi seorang investor adalah bisa tidur nyenyak di malam hari.
2. Pertimbangkan perusahaan yang sudah jelas
Banyak jenis investasi yang menawarkan skema yang menarik, tapi
ternyata tidak punya izin yang jelas. Sebelum mempertimbangkan, pastikan
perusahaan yang menawarkan investasi punya izin usaha dari regulator.
Kalau bentuknya produk keuangan, tentu izinnya dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
Selain itu, reputasi dan track record juga bisa jadi acuan. Beberapa
perusahaan atau produk terbaik akan memiliki sejarah penghargaan yang
menunjukkan konsistensi kinerja dan keberhasilannya.
3. Ketahui sebab akibat munculnya risiko
Setiap penjual pasti menjelaskan semua yang bagus-bagus dari
produknya. Seringkali, para marketing sales mengimingi-imingi return
tinggi atas suatu investasi.
Patut diingat, return dan risiko itu seperti dua mata koin yang sama.
Misal, ada produk yang memberikan return 10% per bulan. Artinya, dia
bisa memberikan kerugian 10% sebulan. Jadi, bersikaplah kritis untuk
cari tahu apa sebab akibatnya. Apa penyebab kenaikan? Jika kondisi
berbalik, apa risikonya?
Untuk menambah informasi dari si penjual, mari luangkan waktu belajar
dari buku atau internet dan sempatkan waktu untuk mengikuti seminar
atau kursus publik.
4. Pilih produk sesuai tujuan
Memilih produk investasi ibarat memilih kendaraan. Kalau mau ke
Puncak, Bogor, orang Jakarta pilih naik mobil. Tapi kalau ke Bali, orang
pilih naik pesawat bukan mobil, karena lebih efektif.
Begitu pula dengan investasi. Untuk tujuan jangka pendek, gunakan
instrumen yang lebih aman seperti deposito atau obligasi. Kalau
tujuannya masih panjang, instrumen yang lebih berisiko, seperti saham
bisa menjadi pilihan.
Tapi, kalau dilakukan sebaliknya (jangka pendek di saham, jangka
panjang di deposito), maka akan sama seperti naik pesawat ke Puncak atau
naik mobil ke Bali. Sampainya tidak jelas kapan dan justru malah lebih
berisiko.
5. Sebar risikonya
Cara terakhir adalah, meminimalkan risiko. Sebar risiko atau istilah
kerennya "diversifikasi". Hal ini dapat dilakukan dalam dua cara: sebar
produknya dan sebar waktunya. Dengan kata lain, investasikan dana Anda
dalam beberapa produk dan secara bertahap.
Sehingga risikonya tidak terkonsentrasi pada satu produk saja.
Dananya pun jangan diinvestasikan sekaligus dalam jumlah besar di saat
awal. Tetapi, dibagi beberapa bagian dalam periode tertentu.
Semua investasi, pasti ada risikonya. Tetapi tidak berinvestasi punya
risiko lebih besar. Yang penting, pahami risikonya dan jadikan dia
sebagai teman Anda dalam mencapai tujuan. Apakah Anda sudah siap
berinvestasi? (bn/dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar